welcome

Welcome to My Blog

02 Juni 2009

how to make paper

Do you know how paper is made? well, people make paper from trees. first, they cut down tress that make good paper, and then they transport the logs to the factory. at the factory, they wash the logs to rinse away dirt and other impurities. after that, the logs are put into machines to make small wood chips and the process these chips into pulp.
This pulping process is to separate wood fibers. This is important because different kind of paper need different kind of fibers. So, that is why they have different techniques of pulping too. The pulp looks like a mushy and watery solution, but if you look at it with a microscope you can see the individual fibers. All have been separated.
When you get this, you are ready to make paper. You do it by removing the water because 99% of the solution is water. To remove the water, they spray the soup on a long wide screen. They call this wire. And then the water runs to the bottom of the wire and fibers are caugh on the top side or the wire. Here, the fibers bonds together and then make a thin mat, the fiber mat. Then people squeeze this mat with rollers to remove more water. After this pressing, the mat still contains water. It is about 60% of it.
Now the mat is ready to in to drying procees. This wat, then, has to in through sown rollers, sometimes a dozen of them. There hot rollers real the fibers closer and eventually turn the mat into paper.
To make paper with the same thickness, people use a paper machine. It hr called the calendar. This machine has big iron rollers that press and dry paper smooth with the same thicknees. from here, you can do everything else. you can coat it with fine clay to make it glossies or easier to print on, and so on. that is why paper comes in different sizes, thickness and appearance.

28 Mei 2009

obat HIV AIDS?

Adakah Obat untuk HIV/AIDS Saat Ini?

Ditulis oleh Safri Ishmayana pada 11-07-2005

AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.

Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan obat-obatan yang dapat mengatasinya. Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah enzim-enzim yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virus tersebut untuk berkembang. Enzim-enzim ini dihambat dengan menggunakan inhibitor yang nantinya akan menghambat kerja enzim-enzim tersebut dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan virus HIV.

HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru.


Gambar 1A Struktur Virus HIV


Gambar 1B Daur hidup HIV

Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang membantu pengubahan RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang membantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease.

Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan virus baru, dan proses penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses pembentukan virus baru secara total.

Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan penghambat enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-protein yang nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus yang baru. Pada mulanya, protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak aktif. Untuk mengaktifkannya, maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan protease. Protease akan memotong protein pada tempat tertentu dari suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan menghasilkan protein yang nantinya akan dapat membentuk protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun protein fungsional yang berperan sebagai enzim.


Gambar 2 (klik untuk memperbesar)

Gambar 2 menunjukkan skema produk translasional dari gen gag-pol dan daerah di mana produk dari gen tersebut dipecah oleh protease. p17 berfungsi sebagai protein kapsid, p24 protein matriks, dan p7 nukleokapsid. p2, p1 dan p6 merupakan protein kecil yang belum diketahui fungsinya. Tanda panah menunjukkan proses pemotongan yang dikatalisis oleh protease HIV (Flexner, 1998).

Menurut Flexner (1998), pada saat ini telah dikenal empat inhibitor protease yang digunakan pada terapi pasien yang terinfeksi oleh virus HIV, yaitu indinavir, nelfinavir, ritonavir dan saquinavir. Satu inhibitor lainnya masih dalam proses penelitian, yaitu amprenavir. Inhibitor protease yang telah umum digunakan, memiliki efek samping yang perlu dipertimbangkan. Semua inhibitor protease yang telah disetujui memiliki efek samping gastrointestinal. Hiperlipidemia, intoleransi glukosa dan distribusi lemak abnormal dapat juga terjadi.


Gambar 3 (klik untuk memperbesar)

Gambar 3 menujukkan lima struktur inhibitor protease HIV dengan aktivitas antiretroviral pada uji klinis. NHtBu = amido tersier butil dan Ph = fenil (Flexner, 1998).

Uji klinis menunjukkan bahwa terapi tunggal dengan menggunakan inhibitor protease saja dapat menurunkan jumlah RNA HIV secara signifikan dan meningkatkan jumlah sel CD4 (indikator bekerjanya sistem imun) selama minggu pertama perlakuan. Namun demikian, kemampuan senyawa-senyawa ini untuk menekan replikasi virus sering kali terbatas, sehingga menyebabkan terjadinya suatu seleksi yang menghasilkan HIV yang tahan terhadap obat. Karena itu, pengobatan dilakukan dengan menggunakan suatu terapi kombinasi bersama-sama dengan inhibitor reverse transcriptase. Inhibitor protease yang dikombinasikan dengan inhibitor reverse transkriptase menunjukkan respon antiviral yang lebih signifikan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama (Patrick & Potts, 1998).

Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui bahwa sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obatan yang telah ditemukan hanya menghambat proses pertumbuhan virus, sehingga jumlah virus dapat ditekan.

Oleh karena itu, tantangan bagi para peneliti di seluruh dunia (termasuk Indonesia) adalah untuk mencari obat yang dapat menghancurkan virus yang terdapat dalam tubuh, bukan hanya menghambat pertumbuhan virus. Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati, tentunya memiliki potensi yang sangat besar untuk ditemukannya obat yang berasal dari alam. Penelusuran senyawa yang berkhasiat tentunya memerlukan penelitian yang tidak sederhana. Dapatkah obat tersebut ditemukan di Indonesia? Wallahu a’lam.

Pustaka:

  1. Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293
  2. Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents. Clin. Microbiol. Rev. 11: 614-627.
sumber : http://www.chem.is.try.org/

Tingkat Imunitas dari Influenza

swinefluInfluenza atau flu adalah penyakit menular yang disebabkan virus RNA dari famili Orthomyxoviridae. Virus tersebut dapat menginfeksi burung dan mamalia melalui udara, misalnya ketika ada orang sakit yang bersin atau batuk. Tingkat penyebaran flu biasanya bersifat musiman, dan masing-masing epidemi dapat membunuh ribuan orang di seluruh dunia, khususnya oleh varian Influenza A. Hal ini terutama dipicu oleh tingkat mutasinya yang sangat tinggi sehingga memudahkan virus flu untuk berpindah-pindah inang. Begitu banyaknya varian dari virus ini hingga sampai sekarang belum ditemukan vaksin yang benar-benar efektif untuk menghentikan penyebarannya.

Seiring dengan merebaknya virus flu baru, yaitu flu babi, para peneliti di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Pennsylvania menyelidiki alasan mengapa influenza memiliki tingkat patogenesitas yang berbeda pada tiap-tiap pasien. Dalam hasil riset mereka yang dipublikasikan di Journal of Leukocyte Biology, dijelaskan bahwa virus influenza dapat melumpuhkan sistem imunitas pasien sehingga mereka menjadi rentan terhadap infeksi sekunder. Infeksi kedua tersebut biasanya datang dari bakteri, salah satunya pneumonia. Lebih lanjut lagi, infeksi ini ternyata dapat bertahan seumur hidup. Oleh karena itu, strategi pemberian obat pada pasien perlu dilakukan dengan dosis dan waktu yang tepat.

Kathleen Sullivan, peneliti senior di RS Anak tersebut, merekrut pasien anak-anak dengan influenza kasus berat. Mereka dimonitor secara rutin level sitokin di plasma darahnya karena sel-sel tersebut merupakan garis pertahanan pertama saat tubuh terserang penyakit. Meskipun telah ditemukan adanya kenaikan level sitokin, tim riset itu juga menemukan penurunan level reseptor toll yang berfungsi untuk mengaktifkan sistem imun. Inilah yang diduga sebagai penyebab lumpuhnya sistem imun pasien sehingga mereka menjadi sensitif terhadap infeksi sekunder.

Pasien-pasien kasus berat juga dibandingkan dengan pasien-pasien kasus sedang, pasien Virus Sinsitial Pernapasan (RSV), serta orang-orang yang sehat sebagai kontrol. Kelumpuhan sistem imun hanya terdeteksi pada pasien influenza, dan sama sekali tidak ditemui pada pasien-pasien RSV. Dengan demikian, terungkaplah penyebab mengapa 1 dari 4 pasien anak yang meninggal karena influenza, juga mengalami infeksi sekunder yang mematikan.

“Meskipun teknologi medis telah jauh berkembang sejak wabah flu Spanyol tahun 1918 dan 1919, infeksi virus flu tetap menjadi ancaman yang besar,” ungkap John Wherry, Kepala Editor Journal of Leukocyte Biology. Penanda dari hal ini adalah merebaknya virus flu babi. Dengan melakukan deteksi virus secara dini, diharapkan agar epidemi flu babi dapat lebih dikontrol. Begitu pasien dinyatakan positif flu babi, mereka harus segera diisolasi dan dijaga dengan ketat agar tidak terjadi infeksi kedua yang bersifat letal.

diambil dari http://www.chem-is-try.org/

20 Maret 2009

Kisah tentang Wortel, Telur dan Biji Kopi

Simpan 3 wajan yang berisi air di atas api. Pada wajan pertama, masukan beberapa wortel. Pada wajan kedua, masukan beberapa butir telur. Pada wajan ketiga, masukan biji kopi yang sudah ditumbuk sehingga telah menjadi bubuk kopi. Didihkan ketiganya selama 15 menit.

Lalu keluarkan apa yang ada dalam wajan tersebut. Wortel pada awalnya keras .Sekarang menjadi lunak / lembek. Telur yang awalnya lembek, kini menjadi keras (didalamnya). Bubuk Kopi telah menghilang. Tetapi sekarang airnya memiliki warna dan aroma kopi.

Sekarang pikirkan tentang kehidupan

Hidup tidak selalu mudah. Hidup tidak selalu nyaman. Kadang hidup terasa susah dan keras. Banyak hal terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan Orang-orang tidak memperlakukan kita sesuai apa yang kita harapkan Kita bekerja keras, tapi mendapat hasil yang sedikit. Apa yang terjadi ketika kita menghadapi kesulitan? Sekarang pikirkan tentang ketiga wajan tadi. Air yang mendidih diibaratkan sebagai “permasalahan” dalam hidup.

Kita bisa menjadi seperti wortel. Awalnya kita kuat dan tangguh. Kini menjadi lembek dan lemah. Kita merasa sangat lelah. Kita kehilangan harapan. Kita menyerah. Tidak ada lagi Semangat Berjuang.

Jangan menjadi seperti wortel!

Kita bisa menjadi seperti telur. Dimulai dengan hati yang lembut dan sensitif. Berakhir dengan keras hati dan tidak berperasaan. Kita membenci orang lain. Tidak menyukai diri sendiri. Kita menjadi keras hati. Tidak ada lagi perasaan yang hangat, hanya ada kepahitan.

Jangan jadi seperti telur!

Kita bisa menjadi seperti biji kopi. Air tidak merubah bubuk kopi. Tetapi Bubuk Kopi yang merubah air !!! Airnya telah menjadi berbeda karena bubuk kopi tersebut. Semakin panas airnya, semakin mantap rasanya. Kita bisa menjadi seperti biji kopi.


Kita mendapat sesuatu yang baik dari kesulitan yang kita hadapi.
Kita belajar hal yang baru.
Kita tumbuh dan berkembang dalam pengalaman.
Kita membuat lingkungan sekitar kita menjadi lebih baik.


Untuk Sukses, kita harus mencoba…dan mencoba lagi.
Kita harus percaya dengan apa yang kita lakukan.
Kita tidak boleh menyerah.
Kita harus sabar dan tabah.
Kita harus tetap berusaha.
Permasalahan dan Kesulitan memberi kita kesempatan untuk menjadi Lebih Kuat…Lebih Baik… dan Lebih Tangguh.

Seperti apa diri kita ketika sesuatu hal tidak berjalan dengan baik? Apakah seperti wortel???
Seperti telur???
Atau seperti biji kopi???


Jadilah seperti biji kopi!

4 Tipe Manusia Dalam Menghadapi Tekanan Hidup

Hidup ini memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan sebutan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan yang cepat dan tidak jarang mengagetkan.

Tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Ada empat tipe manusia yang dapat menggambarkan kepribadiannya, terlihat melalui sikapnya dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut.

Tipe pertama: tipe kayu rapuh
Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang seperti ini dalam kesehariannya terlihat bagus. Tapi sebenarnya di dalam hatinya ia sangat rapuh. Orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi.
Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tidak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih untuk berpikir positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.
Majalah Time pernah menyajikan topik "Generasi Kepompong" (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang seperti ini, kadang kita harus lebih berani untuk tega. Sesekali mereka perlu belajar dan dilatih untuk menghadapi kesulitan. Posisikan diri kita sebagai pendamping mereka.

Tipe kedua: tipe lempeng besi
Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi yang menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi yang berlarut-larut.
Tambahan tekanan sedikit saja membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

Tipe ketiga: tipe kapas
Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba orang seperti ini mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi. Ia mampu menyesuaikan diri saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali pada keadaannya yang semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.

Tipe keempat : tipe manusia bola pingpong
Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan justru ia memantul ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.
Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli sebuah bangunan mewah sementara uangnya tidak memadai. Akan tetapi justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat finansial yang diharapkannya.
Bangun network
Hal seperti ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance-nya bagus sekali. Tetapi, hasil yang telah dicapainya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya memindahkan sang kepala regional sales ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi bukannya mengeluh seperti rekan sebelumnya di daerah tersebut, ia malah berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut justru areanya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.
Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh kotoran dengan tebal seinci, dan kerja paksa setiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya.
Dari sanalah ia melahirkan karya tulis terbesarnya, seperti "The Double" dan "Notes of The Dead". Ia menjadi sastrawan dunia. Hal ini juga dialami Ho Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho ini harus meringkuk dalam penjara. Akan tetapi penjara tidak membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. "A Comrade Paper Blanket" menjadi buah karya kondangnya.

Orang-orang ini hanyalah sebagian kecil dari manusia yang berhasil mengatasi tekanan dalam hidupnya. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini. Tetapi yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong. Saat itulah kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi suatu yang mencemaskan untuk Anda. Sekuat itukah mental Anda?

"Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh" (John Gray)